Pendidikan selalu menjadi cerminan dan pembentuk masyarakat. Di tengah dinamika sosial dan ekonomi global, gagasan mewujudkan edukasi merdeka semakin relevan, menyoroti bagaimana pendidikan harus berfungsi sebagai instrumen pembebasan, bukan sekadar alat reproduksi kelas sosial. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang esensi pendidikan yang memerdekakan dan mengapa hal itu krusial untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berdaya.
Sejarah menunjukkan bahwa pendidikan, dalam banyak konteks, dapat menjadi medium untuk melanggengkan struktur sosial yang ada. Anak-anak dari latar belakang ekonomi yang berbeda seringkali berakhir di jalur pendidikan yang berbeda, yang pada gilirannya membatasi mobilitas sosial mereka di kemudian hari. Mewujudkan edukasi merdeka menuntut kita untuk meninjau kembali asumsi ini dan berusaha keras agar pendidikan dapat menjadi jembatan bagi setiap individu untuk mencapai potensi penuhnya, terlepas dari status quo. Filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang “merdeka belajar” sejatinya telah lama menyiratkan bahwa pendidikan harus membebaskan akal budi dan kreativitas, bukan membelenggu.
Tantangan utama dalam mewujudkan edukasi merdeka adalah resistensi terhadap perubahan dan dominasi pandangan neoliberal yang cenderung melihat pendidikan sebagai komoditas pasar. Pandangan ini, seperti yang diutarakan oleh beberapa ekonom yang terinspirasi oleh Friedrich von Hayek, seringkali berujung pada pelemahan sektor publik dan memperlebar jurang kesenjangan akses pendidikan. Data terbaru dari survei nasional yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Kebijakan Publik pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa 60% masyarakat masih merasa bahwa akses pendidikan berkualitas tinggi cenderung berpusat di perkotaan dan lebih mudah dijangkau oleh kelompok menengah ke atas.
Untuk mengatasi ini, mewujudkan edukasi merdeka memerlukan komitmen kuat dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Kebijakan yang inklusif, alokasi anggaran yang adil, serta pengembangan kurikulum yang relevan dan kontekstual adalah langkah-langkah esensial. Selain itu, peran guru sebagai fasilitator yang membebaskan, bukan sekadar penyampai materi, menjadi sangat penting. Pada sebuah lokakarya nasional “Guru Penggerak Era Merdeka” yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan pada hari Jumat, 20 September 2024, di Balai Diklat Guru Nasional, ratusan guru dilatih untuk mengembangkan metode pengajaran yang mendorong pemikiran kritis dan kemandirian siswa. Dengan demikian, pendidikan yang memerdekakan adalah investasi jangka panjang untuk membangun masyarakat yang lebih egaliter, inovatif, dan berkeadilan, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk bersinar dan berkontribusi.