Selama bertahun-tahun, banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, terpaku pada gagasan bahwa Finlandia Kiblat Pendidikan yang sempurna untuk ditiru. Sistemnya yang menekankan pada minimnya ujian, jam sekolah yang lebih pendek, dan guru-guru berkualitas tinggi seringkali dijadikan patokan. Namun, di balik citra ideal ini, ada kekeliruan mendasar dalam upaya meniru sistem edukasi Finlandia secara mentah-mentah tanpa mempertimbangkan konteks yang melingkupinya.
Kiprah gemilang Finlandia dalam PISA (Programme for International Student Assessment) di masa lalu memang telah memukau dunia. Namun, penting untuk dipahami bahwa keberhasilan tersebut tidak lepas dari fondasi sosial dan budaya yang sangat unik. Masyarakat Finlandia memiliki tingkat kesetaraan ekonomi yang tinggi, kepercayaan sosial yang kuat, dan apresiasi mendalam terhadap profesi guru. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi sistem pendidikan mereka untuk berkembang. Sebuah laporan dari lembaga riset pendidikan global yang dirilis pada bulan Maret 2023 bahkan menyebutkan bahwa fondasi sosial ini lebih krusial daripada metode pengajaran semata.
Seiring waktu, bahkan Finlandia Kiblat Pendidikan yang dulu diagungkan itu mulai menunjukkan tren penurunan dalam peringkat PISA terbaru. Hal ini menjadi sinyal bahwa tidak ada sistem pendidikan yang abadi dalam kesempurnaannya. Dinamika global dan perubahan zaman menuntut adaptasi. Bagi negara seperti Indonesia, dengan keragaman geografis, sosial, dan ekonomi yang begitu kompleks, meniru sistem Finlandia secara membabi buta adalah sebuah kekeliruan fatal. Tantangan seperti ketimpangan akses pendidikan dan masalah korupsi yang umum di Indonesia tidak ada di Finlandia.
Alih-alih terus berpegang pada narasi Finlandia Kiblat Pendidikan, sudah saatnya Indonesia mencari referensi dari negara-negara yang memiliki tantangan serupa namun berhasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam kualitas pendidikan. Vietnam adalah contoh yang menarik. Negara di Asia Tenggara ini, meskipun menghadapi kendala pembangunan yang mirip dengan Indonesia, berhasil menunjukkan performa PISA yang impresif. Ini membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat dan relevan dengan konteks lokal, negara berkembang pun dapat mencapai standar pendidikan global. Pada sebuah seminar pendidikan yang diadakan pada Kamis, 16 Mei 2024, di salah satu universitas di Jakarta, banyak pakar pendidikan menyerukan agar Indonesia lebih realistis dalam mencari model percontohan.
Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk berhenti melihat Finlandia Kiblat Pendidikan sebagai satu-satunya model. Sebaliknya, kita perlu fokus pada pembangunan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bangsa sendiri, mengambil inspirasi dari berbagai sumber yang relevan, dan terus berinovasi untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh anak bangsa.